Oke. sungguh, aku baik-baik saja. Setidaknya fisikku baik. Oke, aku bisa menanggung itu. Mulai sekarang hanya ada aku, tidak ada orang lain. Kalaupun ada, aku akan berpura-pura tak mengenal mereka. Aku bisa kok, menjalani ini semua. Yang aku tidak mengerti, kenapa mereka tega sekali?
Rasa-rasanya seperti kehilangan seluruhnya. Maksudku, seluruh hidupmu di masa depan. Aku melarangmu menganggapku melebih-lebihkan. Kau tak tau rasanya jadi aku. Kau tak tau rasanya sampai kau menjadi aku.
Tapi please, dengan seluruh sisa-sisa tenagaku aku memohon padamu, juga pada-Mu, biarkan aku menangis meraung-raung dulu sebelum akhirnya aku berakting, sebelum akhirnya aku pura-pura tegar.
Aku memohon pada-Mu, berdoa pada-Mu. tidak. Mungkin lebih tepat kalau aku mengemis pada-Mu dengan segala harga diriku: Aku tidak ingin kehilangan mereka, tidak dengan cara seperti itu. Biar saja mereka melupakan aku, toh aku sudah rusak, jadi sekalian saja. Tapi aku mengemis pada-Mu, jangan biarkan aku melupakan mereka. Jangan pernah sekali-kali Kau mencabut ingatanku akan tawa mereka, kepedulian dan ketidakpedulian mereka.
Aku mungkin akan lebih ikhlas kalau Kau mencabut ingatanku akan Taylor Lautner dan segala kesempurnaannya. Mungkin. entahlah. tapi kurasa kalau diminta untuk memilih, aku memilih untuk tidak melupakan mereka.
Setelah kupikir-pikir, aku sepertinya sanggup menghadapi Ujian Tulis dan Ujian Praktek. Tapi tidak dengan yang itu. Tidak jika harus kehilangan tentang memori orang-orang yang aku sayang, meskipun seandainya mereka tidak menyayangi aku. Setidaknya aku pernah menjadi bagian tak terelakkan dari kebahagiaan. Untuk diingat pada masa depan. Setidaknya aku pernah beruntung.
Sekali lagi, kularang kau menyebutku melebih-lebihkan. Kau tak tau rasanya jadi aku, dan aku tak tau rasanya jadi kau, jadi bisakah kita saling memaklumi?
"untuk teman-teman sepantaranku, aku tau hasilnya akan seperti ini. tapi tentu saja itu tak mengubah rasa sayangku pada kalian. aku hanya berharap kalian juga sayang padaku"
aku sudah tau keputusannya.
Semoga saja aku tak lagi menangis dalam prosesnya.
Namun jika akhirnya aku menyerah, tolong, jangan tanya kenapa. Jika akhirnya aku duduk pun tak mampu, tolong, jangan salahkan aku.
Aku sudah berdoa, namun rupanya beberapa doa memang tak pernah dikabulkan.
Dan sebelum aku menepati sumpahku, ku mohon, biarkan aku menangis.
Biarkan aku berduka atas mimpi-mimpi ku yang tenggelam,
tentang Amerika dan Pangeran bermata elang,
tentang rumah di pinggiran Eiffel dan kerlap kerlip dunia mode.
Biarkan aku tenang sebelum jiwaku terkubur,
Biarkan aku menangis sebelum hidupku benar-benar berpaling.
Biar ku ikhlaskan dulu kematian mimpi-mimpi dan doaku..
1 komentar:
syukurlah sekarang bukankah kini kita sudah menemukan jawabannya. kelas sudah terpilih..... dan sejujurnya bagiku itu sangat bahkan teramat sangat menyedihkan. dan menyesakkan... aku rasa.... karena.... tak satupun yang ku cap dikelas ku enak........... karena entah mengapa....
dan bagaimana denganmu??
sekarang kau ambil sisi positifnya....
emm... kau jadi lebih alim sekarang??? ?_?
Posting Komentar
monggo di komen :) terima kasih sudah berkunjung :)