Rabu, 08 Juli 2009

JENG JENG JEEENG...saatnya kelas sembilaaann!!

Diposting oleh Latifatul Khairiyah di 11.37

yeah. akhirnya kelas Sembilan. Aku tak tau seberapa berat tahun ini, tapi yang jelas, kalau kau tak punya teman sekelas yang "sejalan", tahun ini akan jadi tahun terburukmu.

Kenapa terburuk?

Karena yang namanya tahun terakhir pasti paling buruk. Mulai dari Ujian Tengah Semester (UTS); Ujian Akhir Semester (UAS); Ujian Negara (UN); Ujian Praktek yang sumpah, bikin kepala puyeng; Try Out setiap bulan; sampai ujian PSB.

Aku tak tau apa bedanya dengan pengalamanku kelas 6 SD. Tapi aku masih ingat jelas bagaimana tenagaku diforsir habis-habisan saat itu: berangkat pukul 05.45 untuk mengikuti kelas pagi, dan kami baru diperbolehkan hengkang dari sekolah pukul 15.00 karena kelas siang yang diadakan. Hah. Ada-ada saja. Memangnya mereka kurang puas dengan kelas pagi hingga terpaksa mengurung kami 2,5 jam lebih lama? Oke, aku tau ini demi kebaikan kami. Tapi aku kan capek juga. Belum lagi dengan les-les sesudah itu!! Kelas 6 SD, aku les mata pelajaran di Express (bener gak sih tulisannya?). Parahnya, hampir tiap hari aku harus mengikuti les itu. Tiap hari. Dari pukul 15.00 sampai 17.30, bahkan tak jarang mereka manambahinya dengan 30 menit pelajaran.

Jadi bayangkan saja. Mataku hampir tak pernah berhenti memelototi buku-buku IPS, Sains, dan Matematika selama 12 jam. Dan tahukah kau? 12 jam sama dengan setengah hari. Jadi apa atinya itu? Artinya, setengah hari penuh penganiayaan. Setengah hari penuh dengan angka, hafalan, dan esai.

Aku tentu saja, ingin sekali menyalahkan pemerintah. Kenapa mereka menjadikan undang-undang kependidikan begitu mengerikan? mereka harusnya tau itu momok untuk kami!! Ketika masa pembelajaran kami selama bertahun-tahun di uji coba dalam ujian yang hanya berlangsung beberapa hari yang dijadikan penentuan seberapa pantaskah kami untuk di beri gelar "LULUS", "Nilai Terbaik" dan gelar tolol lainnya. Tapi toh sebesar apapun kebencianku pada pendiri undang-undang kependidikan mengenai ujian kelulusan tak akan ditanggapi. Jadi buat apa aku berdemo dan lain sebagainya? lagi pula aku hanya akan mengalami "Dilema Tahun Terakhir" selama 3 kali seumur hidupku (tanpa menghitung kuliah) : SD, SMP, SMA.

Tiga kali musim babak belur. Tiga kali mentalku diuji ketahanannya.

Hah.

Dan ini musim keduaku untuk mengalami babak belur. Dan aku memang sudah tau bahwa semakin banyak angka musimnya, maka semakin "luar biasa" memar-memar yang harus kutanggung. Aku tak mengeluh, sungguh. Aku hanya putus asa bagaimana aku bisa mendapatkan teman satu kelas yang luar biasa. Well, selama ini aku belum pernah beruntung dalam pengacakan kelas. Contohnya saja kelas MOS. Itu, kelas paling mengerikan yang bisa kubayangkan. Aku tak bisa membayangkan yang lebih mengerikan daripada itu: sekelas dengan cewek-cewek tolol yang suka menggoda anak laki-laki dan sekelas dengan anak laki-laki bodoh yang suka menggoda anak-anak cewek. Dan kata 'tolol' dan 'bodoh' yang kugunakan disini sama sekali tidak berlebihan. Kau harus tau bagaimana menjijikkannya SMS-SMS mereka. uh. Jadi bagaimana aku bisa melalui tahun terakhirku kalau aku sekelas dengan mereka?? Memangnya mereka pikir aku kurang babak belur??!! Untungnya, kelas MOS hanya berlangsung selama beberapa hari, dan untuk hari-hari selanjutnya, kelas kami diurutkan melalui nilai ujian untuk kelas Bilingual. Aku kaget luar biasa ketika menyadari aku masuk dalam jajaran anak kelas Bilingual.

Dan aku tak bisa menemukan orang-orang yang lebih hebat dari teman sekelasku selama dua tahun ini.

Aku mendapatkan teman-teman hebat itu dari kerja kerasku sendiri tentu saja. Itu terjadi sejak kelas 7. Aku tau keberuntungan jarang sekali menghinggapiku. Jadi aku bertekad agar posisiku berada di atas anak-anak lain di kelas. Aku tau cuma ini caranya: berusaha menjadi orang pintar. Aku benci konsep ini; aku tak suka dituntut untuk melakukan sesuatu. Tapi aku tau apa yang ku mau, dan berusaha menjadi orang pintar adalah harga yang harus kubayar. Karena 15 orang dengan nilai tertinggi dikelas kami akan diletakkan lagi di kelas A pada tahun selanjutnya.

Akhirnya, aku berhasil.

Tapi tahun ini tidak sama, tahun ini mereka (guru-guru, maksudku) tidak mengurutkan kelas kami melalui prestasi, jadi aku tidak tahu apa yang harus kuperjuangkan. Tahun ini mereka menentukan kelas masing-masing siswa dengan metode pengacakan. 

Rasanya seperti menunggu hasil undian berhadiah. Bedanya, kalau kami tak mendapat tiket emas, maka kami dijatuhi hukum pancung. Kalau kau tak sekelas dengan siswa-siswa cerdas dan kreatif tahun ini, bisa dipastikan kau mati.

Aku butuh teman-teman yang cerdas dan kreatif, karena aku tau mereka pasti mencambukku dari belakang, membuatku jadi jauh lebih baik. Aku butuh teman-teman yang bisa diajak bekerja sama, karena Ujian Praktek kelas 9 akan luar biasa mematikan. Please!! aku butuh mereka yang kompak, please... Aku bisa menghadapi yang lain-lain (ujian tes tulis, maksudku). Tapi tidak dengan Ujian Praktek!! Hah, bayangkan saja berkonde dan berkebaya!! Tak pernah sekalipun aku, membayangkan memakainya!!

Kalau kau mau tau, tak pernah aku merasa seputus asa ini.

Sebenarnya, yang kubutuhkan saat ini cuma anak-anak MBOK (Masa Bodo Orang Kata) community. bagi yang tak mengenal mereka, kuberitahu kau: mereka luar biasa. Mereka adalah segala sesuatu yang aku butuhkan: cerdas, kreatif, luar biasa kompak, dan tak ada yang bisa menandingi kerja sama mereka. Aku cinta mereka. Mulai dari ujung rambut sampai ujung jari-jari kakiku meneriakkan kecintaanku pada mereka.

Tapi tentu saja aku tak bisa berharap banyak akan bisa sekelas dengan mereka. Sudah kubilang padamu aku tak pernah beruntung dalam pengacakan.

Mungkin sebenarnya aku mulai merasa pasrah. Memangnya apa lagi yang bisa kulakukan? apa lagi yang bisa kuperjuangkan? Memangnya kau pikir aku mau berlutut dihadapan Guru Bimbingan dan Konseling kemudian memohon-mohon pada mereka? Hah. Tak bisa kubayangkan apa kata mereka.

Jadi lebih baik berpikir saja tentang masa depanku di SMA.

Aku sudah mempertimbangkan banyak pilihan. Memilah dan memilih, SMA mana yang kira-kira bisa kumasuki dan bisa menerimaku. Dua kata itu penting: masuk dan menerima. Kalau kau hanya bilang 'masuk', belum tentu kau akan di 'terima'. Jadi melalui pandangan besar-kecilnya kesempatan, maka aku mulai mempertimbangkan hal ini.

mmm, mungkin aku baru akan menyampaikan pertimbangan-pertimbanganku padamu besok saja. Mungkin sudah hampir satu jam aku mengetik (45 menit..?). Kuputuskan bahwa teori mengetik terlalu lama membuat saraf-sarafmu kaku ada benarnya juga; punggung dan kakiku agak terasa pegal sekarang (aku tak tau apakah ini karena posisi duduk yang salah atau apa).

Jadi,

CU.

0 komentar:

Posting Komentar

monggo di komen :) terima kasih sudah berkunjung :)

 

Latiffatul Wolfe Copyright © 2009 Baby Shop is Designed by Ipietoon Sponsored by Emocutez