uhh, aku mengidap flu.
Oh, bukan. Mungkin lebih tepat kalau dibilang "menderita". Kurasa mengidap bukan kata yang cocok.
Menyedihkan, aku harus membersihkan hidungku tiap lima menit sekali.
Tapi mungkin aku lebih beruntung daripada sebagian yang lain. Flu ku tak parah-parah amat.
Jadi, UAS baru saja selesai. Dan beberapa hal yang menyenangkan sekaligus menyedihkan terjadi bersamaan.
-menyenangkan, karena itu berarti aku terbebas dari kewajiban membaca rumus fisika dan hitungan matematika. bahkan aku terbebas dari keharusan menghafal aturan-aturan pajak.
-menyenangkan, karena aku tentu saja bisa bermanja lagi dengan buku-buku fiksi luar biasa tebal.
-menyenangkan, karena banyak waktu luang yang bisa kugunakan untuk menghibur diri sendiri: bermain game, mengedit foto, hingga memata-matai rivalku, Selena Gomez. (well, mungkin sebenarnya dia
memang bukan rival yang tepat karena tentu saja dia jauh lebih sempurna dari Nadine Candra Winata)
-menyedihkan, karena aku tak yakin apakah telah mengerjakannya semaksimal mungkin melalui kemampuanku.
-menyedihkan, karena banyak dari jawaban-jawabanku tak kuperoleh dengan cara yang jujur.
-menyedihkan, karena aku tak yakin berapa besar nilai yang akan kuterima dalam rapotku nanti.
-menyedihkan, karena kemungkinannya luar biasa kecil kalau aku bisa kembali ke kelas A.
Aku benar2 sudah terbiasa dengan kelas A ini. Aku menempatinya sejak kelas 7. Dengan siswanya yang hanya 30 orang. Aku sudah terbiasa menuliskan huruf "A" pada buku-buku pelajaranku ataupun kertas2 ulanganku. Aku sudah terbiasa menjadi bagian dari mereka. Jadi bagaimana bisa aku melepaskannya? Please, hanya setahun lagi aku akan berkubang di sekolah konyol itu. Aku tak tahu bagaimana caranya menghadapi anak2 baru dari kelas lain, karena aku tak pernah bisa lebih baik dalam pembauran. Aku terbiasa langsung cocok dengan lingkungan yang kutempati. Aku terbiasa beruntung.
Jadi semakin besarlah alasan nasib untuk memberiku kesialan.
Oh, maafkan aku sudah berkata seperti itu. Sungguh, aku tak bermaksud menuduh Tuhan atau bagaimana.
Tapi bukankah
biasanya kesialan datang setelah keberuntungan? (pemikiran bodoh tentu saja, tapi aku tak melihat adanya ketidakbenaran dalam pemikiran itu)
Banyak hal yang ingin kusampaikan kali ini.
Luar biasa
banyak. Aku bahkan tak tahu harus mulai dari mana dan bagaimana cara memulainya, tapi kurasa akan ada banyak hal yang terlewatkan ketika aku menulis ini. Mungkin karena lupa. Jadi aku hanya akan menyampaikan hal yang benar2 menggangguku saja. atau menghibur.
Aku sedang membaca New Moon (lagi, tentu saja). Well, aku tak pernah bosan membacanya. Membaca pemikiran2 Stephenie Meyer tak pernah membuatku mengeluh. Aku
suka bagaimana dia menggambarkan emosi seseorang: begitu nyata, begitu rasional; rasanya seperti kau mengalaminya sendiri. Karya2 Stephenie Meyer memang tak terlalu melulu menekankan imajinasi seperti Harry Potter milik J.K Rowling (aku tak bilang aku tak suka Harry Potter--aku menggilainya). Tapi karakter tiap tokoh selalu membuatku berdecak kagum. Bagaimana dia bisa menggambarkan interaksi tiap tokoh dengan tokoh yang lain dengan begitu sempurna? Bagaimana dia bisa menggambarkan kecerdasan pikiran tokoh dalam tulisan? Bagaimana
mungkin kau menggambarkan emosi seseorang sesempurna itu? menggambarkan setiap detil tentang perubahan warna wajahnya dengan luar biasa menarik?
Aku tak kan pernah sejenius itu dalam hal ini.
Jadi mungkin itulah kelebihan Stephenie Meyer.
Tapi Harry Potter tak kalah luar biasa, kalau tak mau dibilang ajaib. Aku mencintai tiap detil yang tergambarkan mengenai tempat2 dan wajah seseorang dalam tulisan-tulisan J.K Rowling. Rasanya seperti pergi ke tempat baru. Ke tempat-tempat yang tak kan bisa kau lihat bahkan dalam mimpi.
Itu tadi benar2 mengganggu. Aku berusaha memendam hasrat konyol untuk menghidupkan koneksi internet untuk menulis ini ketika Ujian Akhir Semester berlangsung.
aku harus fokus pada ujian, tekadku saat itu.
Dan aku baru saja bergabung dalam twitter.com .
Menurutku, itu lebih seperti situs yang memuaskan keinginan bodoh orang2 seperti aku: melaporkan setiap kejadian yang kau alami sambil mendeskripsikannya. Aku bukan tipe pengadu tentu saja, tapi aku
suka bercerita tentang hal2 sepele yang baru saja menimpaku.
Kesimpulannya, aku
sangat membutuhkan situs ini.
Masalahnya timbul ketika aku tau bahwa twitter.com merupakan ajang pertemanan bagi artis2 Hollywood. Well, aku tidak akan seresah ini kalau seandainya Selena Gomez tidak mengikuti situs ini. Aku tak tau apakah dia Selena Gomez betulan, tapi aku
nyaris yakin.
Aku yakin, karena Selena tampak begitu
nyata. Maksudku, dia selalu melaporkan kejadian2 yang menimpanya,
secara pribadi. Dan aku tahu seorang fans pun tak akan bisa menceritakan kebohongan dengan begitu nyata. Jadi aku 99,99% yakin bahwa dia Selena Gomez betulan.
Sementara itu aku berulang kali harus menahan diri untuk tidak menge-post segala sesuatu yang berbau Taylor Lautner. Kau tak tahu bagaimana rasanya, karena aku sendiri juga tak tahu. Yang jelas, menurutku memposting sesuatu yang terdapat Taylor-nya adalah sesuatu yang salah. Well, tidak tepat. Sebagian besar faktornya disebabkan oleh Selena Gomez.
Rasanya agak sungkan, karena dia
dikabarkan sedang dekat dengan Taylor Lautner. Bagaimana mungkin aku mengemukakan perasaanku pada Taylor Lautner sementara aku berteman dengan pacarnya? (well, aku tidak berteman, tapi lebih tepatnya menjadi pengikutnya dalam situs itu. Dan aku berharap aku salah ketika mengucapkan "pacarnya")
Hmm, kurasa sedikit-banyak bebanku agak berkurang. (aku tak tahu apakah wajar aku menyebutnya 'beban', karena aku tau ketika kau membaca tulisan ini, kau akan menganggap masalah ini sepele)
Apalagi?
hhh, aku selalu lupa tentang apa yang ingin kusampaikan ketika aku menulis.
Mungkin sebenarnya aku ingin beropini tentang beberapa masalah politik seperti acara Debat Capres yang tidak menarik dan beberapa penilaianku pada masing2 Capres melalui cara bicaranya, cara berpakaiannya, atau isi pidatonya.
Dan aku
luar biasa ingin membahas masalah Ambalat dan pelanggaran HAM kebebasan berpendapat yang dialami Prita. Tapi waktuku untuk menuliskan hal ini terlalu sedikit, jadi aku akan menundanya sampai besok atau lusa, pokoknya sampai aku punya waktu luang dan mood yang bagus. Lagipula nanti sore akan ada pertandingan Indonesia Open 2009, mustahil aku melewatkannya, jadi aku tentu saja butuh tidur.
Maafkan aku.